Habered – Anita Bryant, seorang penyanyi terkenal yang juga dikenal sebagai mantan Miss Oklahoma, meninggal dunia pada usia 84 tahun. Bryant, yang kemudian menjadi sosok kontroversial karena pandangannya yang menentang hak-hak kaum LGBTQ+, tutup usia pada 16 Desember di kediamannya di Edmond, Oklahoma. Informasi tersebut disampaikan oleh keluarganya melalui sebuah pernyataan yang dipublikasikan oleh media lokal, The Oklahoman, pada hari Kamis. Meski demikian, keluarga tidak mengungkapkan penyebab kematiannya.
Bryant lahir di Barnsdall, Oklahoma, dan menunjukkan bakat menyanyi sejak usia muda. Pada usia 12 tahun, ia sudah menjadi pembawa acara di televisi lokal. Namanya semakin dikenal setelah dinobatkan sebagai Miss Oklahoma pada tahun 1958. Setelah itu, ia meraih kesuksesan di dunia musik dengan beberapa lagu hit seperti “Till There Was You,” “Paper Roses,” dan “My Little Corner of the World.” Sebagai seorang Kristen yang taat, Bryant menerima tiga nominasi Grammy dalam kategori musik sakral dan spiritual, salah satunya untuk albumnya yang berjudul “Anita Bryant … Naturally.”
Baca Juga : Luce, Maskot Yubileum Vatikan Bergaya Anime
Pada akhir tahun 1960-an, karier Bryant semakin bersinar. Ia menjadi salah satu penghibur yang tampil bersama Bob Hope dalam tur USO untuk menghibur pasukan di luar negeri. Ia juga pernah menyanyi di Gedung Putih dan tampil dalam konvensi nasional Partai Demokrat dan Republik pada tahun 1968. Selain karier musiknya, ia dikenal sebagai juru bicara komersial yang sukses, terutama melalui iklan jus jeruk Florida dengan slogan ikonik, “Sehari tanpa jus jeruk seperti hari tanpa sinar matahari.”
Namun, kehidupan Bryant berubah drastis pada akhir tahun 1970-an. Ia menjadi sorotan karena memimpin kampanye untuk mencabut peraturan di Miami-Dade County, Florida, yang melarang diskriminasi berdasarkan orientasi seksual. Bersama kelompoknya yang bernama “Save Our Children,” Bryant menentang hak-hak kaum LGBTQ+ dan mengecam gaya hidup komunitas tersebut. Ia mendapat dukungan dari tokoh-tokoh konservatif seperti Pendeta Jerry Falwell. Namun, pernyataan dan tindakannya menuai kritik tajam, termasuk dari para aktivis yang mengorganisasi boikot terhadap produk yang ia dukung. Beberapa aktivis bahkan membuat kaus yang mengejeknya dan menamai minuman tertentu sebagai penghinaan terhadapnya.
Pada salah satu penampilannya di Iowa, seorang aktivis melemparkan pai ke wajahnya sebagai bentuk protes. Akibat kampanye kontroversialnya, karier Bryant di dunia hiburan mengalami kemunduran. Selain itu, ia menghadapi masalah dalam kehidupan pribadinya. Pernikahannya dengan suami pertamanya, Bob Green, berakhir dengan perceraian, dan ia kemudian mengajukan kebangkrutan.
Warisan Bryant di Florida menjadi perdebatan. Meski kampanyenya berhasil pada masa itu, peraturan yang melarang diskriminasi terhadap kaum LGBTQ+ dipulihkan pada tahun 1998. Seorang aktivis LGBTQ+, Tom Lander, menyatakan bahwa meski Bryant memenangkan kampanye awalnya, perjuangannya akhirnya kalah seiring berjalannya waktu. Lander juga menyoroti relevansi gerakan yang dipimpin Bryant dengan tren baru seperti gerakan “hak-hak orang tua” yang belakangan memicu undang-undang anti-LGBTQ+ di Florida.
Di masa tuanya, Bryant tinggal di Oklahoma dan memimpin Anita Bryant Ministries International. Ia menikah lagi dengan Charles Hobson Dry, seorang astronot uji NASA, yang meninggal tahun lalu. Bryant meninggalkan empat anak, dua anak tiri, dan tujuh cucu.
Kepergian Bryant meninggalkan warisan yang kompleks, di mana pencapaiannya sebagai penyanyi dan juru bicara terkenal beriringan dengan kontroversi yang terus dikenang hingga kini. Meski begitu, ia tetap menjadi sosok yang tak terlupakan dalam sejarah budaya populer Amerika.
Simak Juga : Kebakaran Hutan Melanda Los Angeles: Ancaman Baru dan Tantangan Besar