Habered – Jimmy Carter, mantan Presiden Amerika Serikat ke-39, meninggal dunia pada 29 Desember 2024 di usia 100 tahun. Selain dikenal sebagai presiden, Carter juga akan dikenang sebagai guru sekolah Minggu yang sangat dihormati di dunia. Carter, yang dikenal sebagai seorang Baptis yang “dilahirkan kembali”, memegang teguh keyakinan Kristen sepanjang hidupnya. Dalam kampanye presiden tahun 1976. Ia berbicara terbuka tentang keyakinan agamanya, yang menarik perhatian banyak penganut Kristen evangelis.
Setelah meninggalkan Gedung Putih pada tahun 1981, Carter mengabdikan dirinya pada kegiatan kemanusiaan dan perdamaian. Termasuk membangun rumah bersama Habitat for Humanity, memantau pemilu internasional, dan berjuang melawan penyakit cacing Guinea. Namun, meskipun sibuk dengan berbagai kegiatan ini, ia tetap memiliki jadwal rutin sebagai guru sekolah Minggu di gereja Baptis Maranatha di Plains, Georgia, tempat ia tinggal.
Carter mengajar sekolah Minggu hampir setiap Minggu, memberikan pelajaran yang menghubungkan ajaran Alkitab dengan tantangan zaman modern. Ia mengawali pelajaran dengan berbicara tentang kejadian terkini atau pengalamannya, lalu mengaitkan itu dengan nilai-nilai moral yang terkandung dalam Kitab Suci. Menurut sejarawan, Carter telah menghabiskan lebih dari 60 tahun mengajar Alkitab, baik sebelum maupun setelah menjabat sebagai presiden.
Baca Juga : Transformasi KUA: Sentra Pelayanan Keagamaan untuk Semua Agama
Selama masa kepresidenannya, Carter tetap aktif dalam kehidupan gereja, meski ia mengundurkan diri dari Southern Baptist Convention karena perbedaan pandangan teologis terkait peran perempuan. Meskipun demikian, ia tetap mengajar di Maranatha Baptist Church, yang lebih moderat dalam hal teologi. Gereja kecil ini, yang hanya dapat menampung sekitar 300 orang, sering kali dipenuhi pengunjung yang ingin mendengar langsung pelajaran dari mantan presiden tersebut. Pada beberapa kesempatan, gereja bahkan melampaui kapasitas dengan menambahkan kursi di tempat yang tersedia.
Carter dikenal tidak hanya sebagai seorang pendidik agama yang berdedikasi, tetapi juga sebagai pribadi yang mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan cinta kasih kepada sesama. Dalam pelajaran-pelajarannya, ia selalu mendorong para peserta untuk melakukan kebaikan kepada orang lain. Banyak orang yang mendengar pelajaran Carter merasa terinspirasi untuk mengubah hidup mereka menjadi lebih baik, baik secara spiritual maupun sosial. Gereja Maranatha juga menjadi tempat bagi orang-orang yang ingin lebih memahami bagaimana ajaran Alkitab dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Meski Carter tidak lagi dapat memberikan pelajaran langsung, warisan ajarannya tetap hidup. Banyak orang yang mengenang bagaimana ia mengajarkan mereka untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih peduli terhadap sesama. Pada 2019, diketahui bahwa Carter telah mengajar lebih dari 2.000 pelajaran sekolah Minggu. Sebagai seorang yang sangat menghargai pelajaran Alkitab, Carter sering memberi nomor pada setiap pelajarannya untuk memastikan ia tidak kehilangan jejak dalam mengajarkan nilai-nilai tersebut.
Carter juga terkenal dengan kebaikan hatinya. Ia tidak hanya mengajarkan ajaran agama, tetapi juga membagikan banyak hal praktis untuk membantu orang lain, seperti dengan mengukir dan menyumbangkan piring persembahan dari kayu mahoni serta salib kayu di gereja tempat ia mengajar. Keterlibatannya yang mendalam dalam kehidupan gereja serta kemanusiaan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitasnya.
Kini, setelah Carter meninggal dunia, banyak orang yang akan merindukan pelajaran dan kebijaksanaannya. Walaupun masa depannya sebagai guru sekolah Minggu di gereja Maranatha tidak lagi pasti tanpa kehadiran Carter, warisannya akan tetap dikenang. Orang-orang yang telah mendengar ajarannya, baik yang datang dari gereja atau yang hanya sekadar penasaran, akan terus mengenang bagaimana Carter menghubungkan kehidupan mereka dengan nilai-nilai Kristen yang dalam.
Simak Juga : Jimmy Carter Meninggal Dunia pada Usia 100 Tahun