Kejawen: Kepercayaan Luhur dalam Kearifan Jawa
Habered – Kejawen adalah sistem kepercayaan dan pandangan hidup tradisional masyarakat Jawa yang bersumber dari kearifan lokal. Kejawen bukanlah agama formal, tetapi lebih merupakan filosofi spiritual yang memadukan unsur-unsur agama Hindu-Buddha, Islam, dan tradisi leluhur. Istilah “Kejawen” sendiri berasal dari kata “Jawa,” yang merujuk pada segala sesuatu yang bersifat kejawa-jawaan atau berasal dari budaya Jawa.
Inti ajarannya adalah mencapai harmoni, baik dengan diri sendiri, sesama manusia, alam semesta, maupun Tuhan. Konsep ini dikenal sebagai Manunggaling Kawula Gusti yang berarti menyatunya hamba dengan Tuhan. Praktiknya lebih menekankan pada kehidupan yang selaras, penuh kesadaran batin, serta menjunjung tinggi nilai kesederhanaan dan keikhlasan.
“Baca Juga: Telepathic Bond, Ketika Hati dan Pikiran Terhubung Tanpa Kata”
Kejawen tidak kaku dalam aturan, melainkan mengarahkan penganutnya untuk menempuh jalan hidup yang penuh kebijaksanaan dan welas asih. Ajaran ini lebih menekankan laku (perilaku) daripada dogma atau ritual baku.
Dalam kehidupan sehari-hari, Kejawen dikenal melalui berbagai “laku” atau bentuk tirakat spiritual, seperti berpuasa (mutih, ngrowot, pati geni), tapa, semedi (meditasi), dan ziarah ke makam leluhur. Laku ini dilakukan untuk menyucikan diri dan mendekatkan diri kepada Sang Hyang Tunggal (Tuhan Yang Maha Esa).
Selain itu, Kejawen juga lekat dengan perhitungan hari baik (weton), slametan, dan penggunaan simbol-simbol dalam ritual seperti kembang, dupa, dan air suci.
Salah satu hal yang unik dari Kejawen adalah sifatnya yang sinkretik, yaitu kemampuan menyerap dan menggabungkan unsur agama lain tanpa menghilangkan identitas aslinya. Itulah mengapa Kejawen bisa hidup berdampingan dengan Islam, Hindu, maupun Kristen, tergantung dari wilayah dan komunitasnya.
Meskipun sebagian masyarakat menganggap sistem kepercayaan ini sebagai bentuk budaya, banyak pula yang masih menjadikannya sebagai dasar spiritual dan pedoman hidup.
Kejawen merupakan cerminan dari kearifan lokal yang sangat kaya dan filosofis. Di tengah modernisasi, sistem kepercayaan ini tetap menjadi identitas dan spiritualitas bagi banyak orang Jawa, terutama di pedesaan. Ajarannya yang menekankan pada batin dan kesadaran diri membuatnya relevan sebagai pegangan hidup yang damai dan seimbang, sekaligus menjaga hubungan harmonis antara manusia, alam semesta, dan kekuatan ilahi dalam kehidupan sehari-hari.
“Simak Juga: Cholangitis, Infeksi Saluran Empedu yang Perlu Diwaspadai”
This website uses cookies.