Habered – Ribuan orang berkumpul di Gereja African Methodist Episcopal (AME) Metropolitan untuk memperingati Hari Martin Luther King Jr. sekaligus menentang kebijakan Presiden Trump yang berjanji mengurangi program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi (DEI). Acara ini diselenggarakan oleh National Action Network (NAN) dan dipimpin oleh Rev. Al Sharpton.
Dalam momen tersebut, para peserta mengucapkan sumpah untuk mendukung hak-hak semua orang tanpa kekerasan. “Saya akan membela kesetaraan untuk semua, keberagaman, inklusi, hak-hak perempuan, LGBTQ, dan imigran,” ujar mereka serentak, di bawah bimbingan Sharpton. Mereka juga menegaskan komitmen untuk menolak kekerasan secara damai dan mendukung perjuangan melawan ketidakadilan.
Gereja tersebut memiliki sejarah panjang sebagai tempat pengabdian bagi perjuangan hak-hak sipil. Tokoh-tokoh seperti Martin Luther King Jr., Frederick Douglass, dan Rosa Parks, yang pernah dikenang di gereja ini, menjadi inspirasi bagi para peserta. Acara ini juga dihadiri meskipun cuaca dingin ekstrem memaksa pembatalan pawai yang semula direncanakan dari McPherson Square menuju gereja.
Di Capitol, Presiden Trump yang baru saja dilantik mengumumkan rencananya untuk menghapus kebijakan DEI dalam pemerintahan. Ia menyatakan bahwa kebijakan federal akan berfokus pada meritokrasi dan menegaskan bahwa pemerintah AS hanya akan mengakui dua jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan. Pernyataan ini memicu respons keras dari Sharpton yang menyatakan bahwa jaringan organisasinya akan meluncurkan aksi boikot terhadap perusahaan-perusahaan yang mengurangi dukungan terhadap program DEI.
Baca Juga : Perasaan Lega dan Cemas di Balik Pembebasan Sandera Israel
Sharpton menekankan pentingnya solidaritas antar komunitas. Ia menyerukan seluruh masyarakat, tanpa memandang ras, gender, atau orientasi seksual, untuk berhenti mendukung perusahaan yang tidak menghormati nilai-nilai keberagaman. “Donald Trump tidak bisa memaksa kita membeli produk mereka,” katanya disambut tepuk tangan meriah.
Dalam pidatonya, Sharpton juga mengingatkan sejarah panjang perjuangan komunitas kulit hitam, mulai dari perbudakan hingga era lynching dan segregasi, serta aksi protes selama pemerintahan Trump. Ia menegaskan bahwa meskipun menghadapi tantangan besar, mereka akan terus berjuang. “Kami telah membuktikan bahwa kami mampu melawan, bahkan di bawah kepemimpinan Anda, dan kami akan terus berjuang selama empat tahun ke depan,” ucapnya.
Jennifer Jones Austin, wakil ketua dewan NAN, membuka acara dengan menyoroti pentingnya peran gereja dalam perjuangan komunitas kulit hitam. “Gereja kulit hitam selalu menjadi tempat perlindungan dan harapan,” katanya. Ia juga mengutip seruan Martin Luther King Jr. untuk persatuan dan kesetaraan. “Hari ini kita berkumpul untuk menunjukkan komitmen kita bersama, tidak hanya untuk mendapatkan tempat di meja, tetapi untuk mengguncang meja jika diperlukan,” tambahnya.
Di antara peserta, Jamel Washington dari Manhattan mengungkapkan pentingnya peringatan ini. Ia berharap DEI dapat dikembalikan. “Hari ini terasa manis dan pahit. Namun, ini lebih manis karena perjuangan untuk kesetaraan harus terus dilanjutkan,” katanya.
Eliane Baijal, yang datang dari Brooklyn untuk bergabung dengan ibunya, Margaret Marcotte, mengatakan bahwa mereka hadir untuk memperingati King Day sekaligus mencari kedamaian di tengah kekacauan. Marcotte, seorang warga Washington, mengaku sulit menerima kebijakan Trump. “Ini sangat mengganggu, tetapi kehadiran di acara ini membantu mencerahkan hari kami,” ujarnya.
Acara ditutup dengan nyanyian penuh semangat “We Shall Overcome,” yang menginspirasi banyak peserta. Nadiya Pope dan Amber Creft, dua pengacara dan advokat komunitas, mengatakan mereka merasa lebih optimis setelah mengikuti acara tersebut. “Meskipun ada pelantikan, hari ini adalah tentang Martin Luther King Jr. terlebih dahulu,” kata Pope. “Kami merasa lebih bersemangat untuk menghadapi tantangan ke depan.”
Peringatan ini menjadi simbol kekuatan solidaritas dan komitmen untuk melanjutkan perjuangan demi kesetaraan di tengah situasi yang penuh tantangan.
Simak Juga : TikTok Belum Tersedia di App Store dan Google Play AS Meski Larangan Ditunda