Habered – Meditasi dapat membantu mengurangi stres, tetapi tekanan untuk bekerja berlebihan sering kali tetap ada. Survei Pekerjaan dan Kesejahteraan 2023 yang dilakukan oleh American Psychological Association. Menunjukkan bahwa 77% orang Amerika mengalami stres di tempat kerja. Lebih dari setengah responden melaporkan gejala kelelahan, mulai dari kelelahan emosional hingga keinginan untuk berhenti bekerja. Banyak orang merasa tertekan untuk terus bekerja tanpa bisa beristirahat. Sementara tempat kerja mereka tidak mendukung kesejahteraan mental atau keseimbangan hidup yang sehat.
Sebagai respons terhadap kondisi ini, banyak orang Amerika beralih ke meditasi. Sebagian orang menggunakannya untuk beristirahat sejenak dari pekerjaan. Sementara yang lain melakukannya untuk kembali fokus atau meningkatkan kesehatan mental secara umum. Dalam buku saya The Mindful Elite, saya melacak perkembangan gerakan mindfulness dari tahun 1979 hingga 2015. Saya berbicara dengan lebih dari 100 meditator yang mengelola 61 program mindfulness di tempat kerja dan sekolah-sekolah sekuler di seluruh Amerika. Banyak dari mereka mengatakan bahwa meditasi membantu mereka menghadapi pekerjaan dan kehidupan dengan lebih sabar, berempati, dan merenung. Meditasi, menurut mereka, meredakan stres serta meningkatkan perhatian dan kesadaran diri. Penelitian juga menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu mengatasi kecemasan, depresi, dan rasa sakit. Meski begitu, ada baiknya kita bertanya apakah ada batasan atau bahkan potensi kerugian dalam membawa meditasi ke tempat kerja.
Baca Juga : Pembakaran Sinagoge di Melbourne: Serangan Antisemit yang Mengguncang Australia
Pada awalnya, gerakan mindfulness sangat sukses dalam menyebarkan meditasi di Amerika. Jon Kabat-Zinn, seorang ahli biologi molekuler, memulai program pengurangan stres berbasis mindfulness di Fakultas Kedokteran Universitas Massachusetts pada tahun 1979. Tujuannya adalah untuk menyediakan perawatan alternatif bagi orang yang sakit kronis. Program ini terus berkembang, dengan lebih dari 25.000 orang menyelesaikan pelatihan ini hingga kini. Pada tahun 2022, meditasi menjadi salah satu praktik relaksasi yang paling umum di Amerika, dengan 18% orang Amerika melakukannya. Banyak orang memanfaatkan meditasi untuk mengatasi masalah kesehatan atau saat mereka tidak memiliki akses ke perawatan medis.
Meditasi kini telah menjadi bagian dari banyak perusahaan dan sekolah di Amerika Utara dan Eropa. Untuk menyesuaikan dengan jadwal sibuk para profesional, banyak pengajar meditasi menawarkan sesi singkat yang cocok dengan rutinitas mereka. Beberapa sekolah bahkan menyediakan kelas meditasi singkat selama 15 menit. Instruktur meditasi seringkali menyesuaikan pendekatan mereka agar sesuai dengan budaya tempat kerja. Seorang pelatih untuk militer dan penegakan hukum, misalnya, menghindari istilah “meditasi” dan menyesuaikan kurikulum dengan bahasa dan tujuan yang lebih pragmatis, menghindari hal-hal yang mungkin dianggap asing oleh peserta.
Namun, pendekatan ini juga mengundang kritik. Beberapa orang merasa bahwa praktik mindfulness yang dipopulerkan di dunia Barat, terutama oleh instruktur yang umumnya berasal dari latar belakang kulit putih, telah mengubah meditasi menjadi alat untuk mendukung tujuan-tujuan yang bertentangan dengan nilai-nilai asli ajaran Buddha, seperti non-kekerasan dan ketidakterikatan pada hasil duniawi.
Pada awalnya, para pemimpin gerakan mindfulness ingin menggunakan praktik ini untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik. Mereka berharap meditasi dapat membantu orang lebih sadar akan motivasi di balik tindakan mereka, seperti rasa egois atau keserakahan, yang dapat mendorong perubahan positif. Saki Santorelli, mantan pemimpin Program Pengurangan Stres Berbasis Mindfulness, percaya bahwa dengan menanamkan kesadaran penuh, orang akan lebih menyadari keterhubungan mereka dengan orang lain dan mengembangkan rasa tanggung jawab universal.
Namun, dalam kenyataannya, di banyak organisasi yang saya pelajari, meditasi tidak menyentuh inti dari masalah yang ada di tempat kerja. Program mindfulness sering dianggap sebagai kegiatan tambahan yang tidak berhubungan dengan misi utama perusahaan. Perusahaan mungkin menyediakan yoga atau meditasi di ruang kebugaran mereka, tetapi ini tidak menyentuh masalah mendasar seperti beban kerja yang berlebihan dan tekanan untuk mencapai keuntungan. Meskipun beberapa karyawan merasa manfaat dari meditasi, mereka kesulitan untuk mengintegrasikan pelajaran yang dipelajari ke dalam lingkungan kerja yang kompetitif.
Cathy-Mae Karelse, seorang ahli mindfulness, mempertanyakan apakah program-program mindfulness yang diterapkan di tempat kerja telah kehilangan potensi pembebasannya. Hal ini karena banyak program yang ada cenderung mengikuti struktur bisnis yang biasa, dan ini mengurangi kemungkinan mindfulness untuk menjadi alat perubahan sosial yang lebih besar. Carolyn Chen dalam bukunya Work, Pray, Code menunjukkan bagaimana beberapa perusahaan teknologi Silicon Valley menggunakan meditasi dan praktik spiritual untuk mendukung tujuan mereka, bukan untuk pembebasan individu. Sebagai contoh, satu perusahaan menempatkan logo mereka di tengah labirin, mengubah praktik spiritual yang seharusnya membantu seseorang mencapai wawasan pribadi menjadi alat untuk meningkatkan loyalitas kepada perusahaan.
Dengan demikian, meskipun meditasi dapat menawarkan manfaat yang signifikan dalam mengurangi stres, tantangan terbesar adalah mengintegrasikan praktik ini ke dalam budaya organisasi tanpa mengorbankan tujuan spiritual yang lebih dalam.