Memahami Perbedaan Agama Konghucu dan Agama Buddha
Habered – Di Indonesia, agama Konghucu dan Buddha termasuk dalam enam agama resmi yang diakui secara sah oleh negara. Keduanya berasal dari Asia Timur dan memiliki pengaruh besar dalam budaya, etika, serta kehidupan spiritual jutaan orang. Meski sering dianggap serupa karena akar kebudayaan yang dekat, Konghucu dan Buddha sebenarnya memiliki sejumlah perbedaan mendasar dalam ajaran, tujuan spiritual, dan praktik keagamaannya.
Agama Konghucu, atau Konfusianisme, berasal dari Tiongkok dan didirikan oleh Kong Zi (Confucius) pada sekitar abad ke-6 SM. Konfusianisme bukanlah agama dalam pengertian spiritual yang umum, melainkan sistem filsafat dan etika sosial yang menekankan pentingnya moralitas, hubungan sosial, dan tata krama dalam kehidupan sehari-hari.
“Simak Juga: Tari Jaipong, Tarian Energetik dari Jawa Barat”
Sementara itu, agama Buddha didirikan oleh Siddhartha Gautam, yang dikenal sebagai Buddha, di India pada abad ke-5 SM. Ajaran Buddha berfokus pada pencapaian pencerahan (nirwana) melalui jalan hidup yang benar dan pelepasan dari penderitaan dan siklus kelahiran kembali (samsara).
Dalam Konghucu, tujuan utama hidup adalah menjadi manusia yang berbudi luhur, menjalani kehidupan secara bermoral, dan menjaga keharmonisan sosial. Nilai-nilai seperti filial piety (bakti kepada orang tua), kejujuran, dan kesetiaan sangat dijunjung tinggi. Praktik ibadah sering kali dilakukan dalam bentuk penghormatan kepada leluhur dan mengikuti tata cara adat.
Sebaliknya, agama Buddha menekankan pencapaian pencerahan batin. Praktik spiritual seperti meditasi, membaca kitab suci, serta menjalani Jalan Tengah (The Noble Eightfold Path) menjadi inti dari perjalanan umat Buddha. Fokusnya adalah membebaskan diri dari penderitaan melalui pengendalian nafsu dan memahami hakikat kehidupan.
Konghucu tidak memusatkan ajarannya pada konsep Tuhan sebagai sosok personal. Ia lebih menekankan pada prinsip moral dan tatanan alam semesta. Konsep seperti Tao (jalan) dan Tian (langit) dianggap sebagai kekuatan alamiah dan moral tertinggi.
Sebaliknya, agama Buddha juga tidak mengenal Tuhan pencipta seperti dalam agama-agama teistik. Namun, terdapat keyakinan pada hukum karma dan reinkarnasi. Dalam beberapa aliran Buddha, terutama Mahayana, ada penggambaran tokoh-tokoh suci seperti Bodhisattva yang menyerupai dewa-dewa, namun tidak disembah sebagai Tuhan pencipta.
“Baca Juga: Radang Usus Buntu, Penyakit yang Perlu Penanganan Serius”
This website uses cookies.