Habered – Pada hari Minggu, 19 Januari, warga Israel merasakan campuran perasaan lega dan cemas saat tiga sandera pertama yang dibebaskan oleh Hamas tiba di Israel. Romi Golan, Emily Damari, dan Doron Steinbrecher, yang telah disandera selama 15 bulan, akhirnya kembali ke tanah air mereka. Pembebasan mereka adalah bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang disepakati pada hari Jumat sebelumnya. Ketiga wanita tersebut dipindahkan oleh Palang Merah dari Kota Gaza menuju pinggiran Gaza, kemudian bertemu dengan militer Israel untuk akhirnya dibawa ke Israel.
Kabar gembira ini disambut dengan air mata haru di Lapangan Penyanderaan di Tel Aviv, tempat ribuan warga Israel berkumpul untuk mengikuti perkembangan situasi. Meskipun ketiganya tampak dalam kondisi fisik yang relatif baik. Banyak yang tak bisa menahan perasaan haru melihat mereka kembali setelah lebih dari satu setengah tahun di tahanan. Golan diculik dari festival musik Nova, sementara Damari dan Steinbrecher ditangkap di Kibbutz Kfar Aza pada serangan Hamas 7 Oktober 2023. Yang menewaskan hampir 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 lainnya.
Namun, di balik kebahagiaan itu, ada kecemasan yang mendalam. Meskipun pembebasan tiga sandera ini menghangatkan hati banyak keluarga, masih ada lebih dari 90 sandera lain yang tetap ditahan oleh Hamas. Presiden Israel Isaac Herzog mengungkapkan kebahagiaannya atas pembebasan ini. Tetapi juga menekankan bahwa Israel tidak akan berhenti berusaha hingga seluruh sandera kembali dengan selamat. Termasuk mereka yang telah meninggal dan membutuhkan pemakaman yang layak.
Baca Juga : Warga Palestina-Amerika Menyambut Gencatan Senjata dengan Kewaspadaan
Pihak Israel telah menyetujui kesepakatan untuk membebaskan sekitar 1.900 tahanan Palestina sebagai ganti pembebasan 33 sandera dalam tahap pertama gencatan senjata ini. Di antara tahanan yang dibebaskan, ada 69 wanita dan 21 remaja laki-laki, namun tidak ada yang dianggap sebagai tahanan terkemuka. Gencatan senjata ini diharapkan berlangsung selama enam minggu, namun nasib para sandera yang belum dibebaskan masih bergantung pada kepatuhan terhadap kesepakatan yang ada.
Bagi keluarga korban serangan, kesepakatan ini terasa sangat berat. Beberapa di antaranya baru mengetahui bahwa para pembunuh keluarga mereka akan dibebaskan. Hillel Fuld, yang saudara laki-lakinya, Ari Fuld, dibunuh pada 2018 oleh seorang remaja Palestina, merasa sangat marah mengetahui bahwa pembunuh saudaranya akan dibebaskan. Fuld menyoroti ketidakadilan bahwa para teroris yang telah menghancurkan keluarga-keluarga Israel akan dibebaskan begitu saja.
Sementara itu, beberapa keluarga lain juga merasa keadilan tak tercapai. Deganit Arush, seorang guru yang saudara laki-lakinya tewas dalam serangan teroris pada 2015, mengungkapkan kesedihannya bahwa teroris yang membunuh orang terdekat mereka akan kembali ke Gaza setelah dibebaskan. Dia berharap agar mereka yang tetap menjadi teroris tidak akan mengancam keselamatan warga Israel lagi.
Pada sisi lain, ada yang mencoba mencari keseimbangan dalam situasi yang penuh dengan emosi ini. Rachel Sharansky Danziger, seorang pendidik, mengakui kompleksitas perasaan yang dirasakan banyak orang. Dia memahami perasaan gembira atas pembebasan sandera. Namun juga menyadari bahwa langkah ini bisa berisiko, terutama terkait dengan potensi ancaman bagi keamanan Israel.
Meski banyak warga Israel yang setuju dengan gencatan senjata demi membebaskan sandera, beberapa kelompok sayap kanan menentang kebijakan tersebut. Mereka khawatir bahwa Hamas belum sepenuhnya kalah, dan pembebasan para tahanan ini bisa membahayakan keamanan negara. Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional, bahkan mengundurkan diri dari pemerintahan sebagai protes terhadap kesepakatan tersebut.
Kesepakatan ini menciptakan perasaan yang sangat bercampur bagi warga Israel. Bagi sebagian besar, pembebasan sandera adalah hal yang harus dilakukan. Tetapi dampak jangka panjang dari pembebasan tahanan yang berpotensi berbahaya tetap menjadi sumber kecemasan.
Simak Juga : Trump Kembali ke Gedung Putih dengan Janji Perubahan Besar