Habered – Di tahun 2024, sejumlah buku yang disorot oleh RNS menawarkan wawasan mendalam mengenai agama dan refleksi spiritual. Mengangkat tema-tema yang relevan dengan kondisi politik saat ini. Beberapa karya, seperti yang ditulis oleh Amanda Tyler dan Matthew D. Taylor, mengeksplorasi hubungan antara nasionalisme Kristen dan politik. Mereka mengkritik penggunaan agama yang diputarbalikkan demi kepentingan politik tertentu. Joshua Leifer juga mengangkat tema serupa dalam bukunya yang membahas bagaimana Zionisme diterima dalam Yudaisme Amerika. Mereka mengungkapkan ketegangan yang muncul akibat integrasi politik dengan keyakinan agama.
Selain itu, terdapat buku-buku yang merenungkan masa lalu untuk memahami dinamika saat ini. Beberapa karya ini mempelajari perkembangan gerakan perlindungan, memperkenalkan tokoh-tokoh Kristen antirasis yang kurang dikena. Serta membahas bagaimana politisi di masa lalu memperburuk ketegangan antara orang kulit putih miskin dan komunitas kulit hitam. Eliza Griswold, dalam bukunya, memprofilkan gereja evangelis yang terpecah setelah peristiwa besar pada tahun 2020. Sementara Greg Epstein mengamati bagaimana kecerdasan buatan kini berkembang menjadi semacam agama baru. Buku-buku ini memberi pelajaran penting tentang bagaimana menghindari penyembahan terhadap hal-hal yang salah dalam kehidupan manusia.
Selain itu, ada karya-karya yang menawarkan refleksi lebih dalam, seperti buku JS Park tentang kesedihan dan karya Cole Arthur Riley, Black Liturgies. Yang memberikan ruang bagi pembaca untuk merasakan berbagai emosi yang muncul di akhir tahun yang penuh tantangan ini. Buku-buku ini mencakup kemarahan, keputusasaan, kegembiraan, dan harapan yang sering kali dirasakan pada masa-masa penuh ketidakpastian.
Baca Juga : Hanukkah: Perayaan Cahaya Abadi
Salah satu buku yang mencuri perhatian adalah The Widening of God’s Mercy oleh Christopher dan Richard Hays. Buku ini memicu perdebatan teologis setelah merilis argumen bahwa Tuhan itu dinamis dan penuh kasih, bahkan terhadap mereka yang selama ini dianggap terpinggirkan. Para penulis menyoroti pentingnya inklusi penuh kaum LGBTQ dalam komunitas Kristen. Yang tentu saja menimbulkan reaksi keras dari beberapa kalangan konservatif. Buku ini mengalihkan perspektif yang selama ini menganggap Tuhan hanya berpihak pada kelompok tertentu. Membuka pintu untuk kasih sayang Tuhan yang lebih luas.
Lalu ada buku Suaka Masyarakat: Pengorganisasian Berbasis Iman di Komunitas Latina/o oleh Gina Pérez, yang membahas bagaimana organisasi berbasis agama telah berperan dalam melindungi pengungsi dan migran, terutama di tengah ancaman yang dihadapi komunitas Latino/a. Pérez, seorang antropolog budaya dan penganut Katolik Roma, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempelajari bagaimana praktik perlindungan ini berkembang, terutama di Ohio, dan bagaimana hal itu berperan dalam memberi bantuan kepada korban kekerasan polisi dan bencana alam. Buku ini memberikan gambaran tentang peran penting agama dalam memberikan perlindungan sosial di tengah krisis.
Joshua Leifer juga menulis tentang krisis yang sedang dihadapi Yudaisme Amerika dalam bukunya Tablet Hancur: Akhir Abad Yahudi Amerika dan Masa Depan Kehidupan Yahudi. Leifer menyatakan bahwa Zionisme, yang kini menjadi inti kehidupan Yahudi Amerika, telah menggantikan nilai-nilai agama itu sendiri. Ia mengkritik bagaimana organisasi keagamaan Yahudi terkemuka kini lebih fokus mendukung Israel daripada memperjuangkan hak-hak kesetaraan. Ini menimbulkan persoalan identitas yang dalam dalam komunitas Yahudi Amerika. Mengingat banyak yang merasa malu dengan tindakan yang dilakukan oleh Israel yang telah membalikkan pandangan moral mereka.
Di sisi lain, Cole Arthur Riley menghadirkan Black Liturgies: Doa, Puisi, dan Meditasi untuk Tetap Manusiawi, sebuah karya yang lahir dari pengalaman pribadi dan kesadaran rasial yang mendalam. Setelah pembunuhan George Floyd, Riley merasa bahwa liturgi tradisional yang ditulis oleh orang kulit putih tidak dapat mencerminkan pengalaman orang kulit hitam. Maka, ia menciptakan liturgi dan doa yang lebih relevan dengan pengalaman dan emosi yang dialami oleh orang kulit hitam. Buku ini menjadi sebuah simbol dari gerakan Black Liturgies yang telah menarik perhatian banyak orang, memberi ruang untuk refleksi spiritual dalam menghadapi ketidakadilan rasial.
Buku-buku ini menawarkan pandangan yang lebih luas tentang bagaimana agama dapat berperan dalam konteks sosial dan politik yang semakin kompleks. Mereka memberikan kesempatan bagi pembaca untuk mengeksplorasi berbagai perspektif dan mencari pemahaman lebih dalam mengenai hubungan antara spiritualitas, politik, dan masyarakat di dunia modern.
Simak Juga : Gangguan Teknis Hambat Penerbangan American Airlines pada Malam Natal