Habered – Pada tahun 2024, Paus Fransiskus berfokus pada mempertahankan warisan reformasi yang telah dilakukannya selama masa kepausannya. Sekaligus berusaha menyeimbangkan ketegangan di dalam Gereja Katolik yang semakin terpolarisasi. Tahun ini, proyek puncak Fransiskus adalah pertemuan sinode yang dihadiri oleh uskup dan kaum awam. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkenalkan pemerintahan gereja yang lebih transparan, akuntabel, dan setara. Meski begitu, Paus harus berhadapan dengan tantangan besar. Terutama terkait dengan ketegangan antara kelompok progresif dan konservatif di dalam gereja serta isu-isu sosial global seperti perang di Ukraina dan Timur Tengah.
Baca Juga : Panduan Spiritualitas untuk Ateis Merayakan Natal Dengan Kotak Pusaka
Salah satu peristiwa penting adalah pengutukan Vatikan terhadap praktik ibu pengganti dan teori gender. Meski pada akhir 2023, departemen doktrin Vatikan mengeluarkan dokumen yang mengizinkan pemberkatan pasangan sesama jenis. Paus Fransiskus secara tegas menentang ibu pengganti dengan alasan bahwa praktik tersebut merendahkan martabat perempuan dan anak-anak. Ia juga menekankan larangan gereja terhadap aborsi, perubahan jenis kelamin, dan teori gender. Hal ini mengejutkan banyak pihak, terutama dari kalangan aktivis LGBTQ+ yang berharap Paus akan lebih progresif. Meski demikian, Fransiskus tetap mendengarkan permintaan dari umat Katolik transgender. Serta interseks yang menginginkan perubahan sikap gereja terhadap perawatan yang menegaskan identitas gender.
Selain itu, Fransiskus terlihat mengubah sikap terhadap umat Katolik LGBTQ+ setelah sebelumnya terkenal dengan sikap inklusifnya. Pada bulan Mei 2024, Paus menyatakan penentangannya terhadap penahbisan pria gay menjadi pendeta dan mengkritik budaya homoseksualitas yang berkembang di masyarakat. Pernyataan ini bertentangan dengan pandangannya sebelumnya yang lebih terbuka. Meskipun Paus menyatakan bahwa pendeta dapat memberkati pasangan sesama jenis, ia menegaskan bahwa pemberkatan hubungan tersebut bertentangan dengan hukum alam dan tidak sesuai dengan ajaran gereja.
Tahun ini juga menandai perubahan dalam kepemimpinan Vatikan dengan Paus Fransiskus mengangkat para pendukungnya ke posisi-posisi penting di dalam gereja. Misalnya, Vatikan secara resmi mengucilkan Uskup Agung Carlo Maria Vigano, seorang tokoh konservatif, karena skisma. Selain itu, Paus juga mempromosikan uskup-uskup yang lebih progresif, dengan memberikan mereka peran penting dalam gereja. Pada konsistori ke-10 masa kepausannya, Fransiskus mengangkat 21 kardinal baru yang diharapkan dapat mendukung visinya tentang gereja yang lebih inklusif dan terbuka terhadap perubahan doktrin, terutama di kawasan Global Selatan.
Salah satu isu paling penting yang dibahas dalam sinode pada Oktober 2024 adalah tentang peran perempuan dalam Gereja Katolik. Meskipun Fransiskus mendengarkan tuntutan agar perempuan diizinkan menjadi diakon, yang dapat berkhotbah dalam Misa dan memimpin upacara gerejawi, ia menegaskan bahwa diskusi mengenai penahbisan perempuan sebagai diakon belum siap dilaksanakan. Fransiskus meminta agar diskusi ini tidak dipaksakan, meskipun semakin banyak kelompok di dalam gereja yang mendukung gagasan tersebut. Aktivis perempuan Katolik terus menuntut reformasi yang lebih luas, dan meskipun Vatikan menanggapi dengan hati-hati, diskusi ini kemungkinan besar akan berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Tahun 2024 juga bisa dikenang sebagai tahun bagi perempuan Katolik, dengan semakin banyak perempuan yang menduduki posisi penting di gereja. Meskipun Paus belum mengizinkan penahbisan perempuan, gerakan untuk pemberdayaan perempuan di dalam gereja semakin kuat. Para uskup dan pemimpin gereja mendiskusikan bagaimana perempuan dapat terlibat lebih besar dalam kepemimpinan gereja, meskipun sebagian topik yang lebih kontroversial harus ditunda hingga 2025. Dengan demikian, meski banyak tantangan yang dihadapi oleh Paus Fransiskus dalam mempertahankan tradisi gereja, ia tetap berusaha menciptakan ruang untuk reformasi yang lebih inklusif dan modern, terutama dalam hal keterlibatan perempuan dan pandangan gereja terhadap isu sosial kontemporer.