Habered – Richard Hays, seorang sarjana Perjanjian Baru yang berpengaruh dan mantan dekan Duke Divinity School, meninggal dunia pada Jumat, 3 Januari, di rumahnya di Nashville, Tennessee. Beliau wafat pada usia 76 tahun akibat kanker pankreas.
Dalam sebuah pengumuman di CaringBridge.org, istrinya, Judy, menulis bahwa Hays meninggal dengan dikelilingi buku-bukunya. Foto orang tua dan keluarga besar mereka terpajang di sekeliling, sementara musik Natal dari King’s College Cambridge mengalun lembut di latar belakang.
Richard Hays, yang memulai kariernya sebagai guru bahasa Inggris dan pendeta, adalah lulusan Universitas Yale dan Sekolah Teologi Yale. Beliau juga meraih gelar doktor dari Universitas Emory pada 1981. Setelah menyelesaikan pendidikan, ia mengajar Perjanjian Baru di Yale dari 1981 hingga 1991 sebelum pindah ke Sekolah Teologi Duke. Di sana, ia mengajar hingga pensiun pada 2018.
Sepanjang kariernya, Hays dikenal melalui karya ilmiahnya, terutama buku tahun 1996 berjudul “The Moral Vision of the New Testament.” Dalam buku itu, ia berpendapat bahwa hubungan sesama jenis adalah salah satu tanda kerusakan manusia yang terasing dari kasih Tuhan. Pandangannya ini banyak digunakan oleh pemimpin Kristen konservatif yang menentang afirmasi LGBTQ di gereja.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Richard Hays mengubah pandangannya secara signifikan. Perubahan ini dituangkan dalam buku terbarunya, “The Widening of God’s Mercy: Sexuality Within the Biblical Story,” yang ia tulis bersama putranya, Christopher Hays, seorang sarjana Perjanjian Lama. Buku ini diterbitkan tahun lalu dan menggambarkan bagaimana Hays menyesali cara karyanya sebelumnya digunakan untuk menyakiti komunitas LGBTQ dan memecah belah gereja.
Dalam pengantar buku tersebut, Hays membagikan kisah pribadi yang menggugah kesadarannya. Saudaranya pernah menolak menghadiri pemakaman ibu mereka karena gereja yang menjadi lokasi upacara mendukung hubungan sesama jenis. Peristiwa itu membuat Hays merenungkan posisi komunitas LGBTQ dalam gereja.
Baca Juga : Kontroversi Pengampunan Presiden: Antara Kekuasaan dan Etika dalam Demokrasi
Hays mengaku bahwa perubahan pandangan ini tidak terjadi secara instan. Ia terinspirasi oleh pengalamannya mengajar mahasiswa gay di seminari dan menyaksikan pelayanan setia umat Kristen LGBTQ di gereja-gereja lokal, termasuk di jemaatnya sendiri. Dalam wawancara dengan New York Times, Hays berbicara tentang anggota gereja yang bukan mahasiswa teologi, tetapi menjalankan peran kepemimpinan yang penuh kasih.
Hays juga merasa terganggu dengan sikap bermusuhan dari sebagian Kristen konservatif terhadap anggota gereja LGBTQ. Ia menyebut hal ini sebagian sebagai tanggung jawabnya dan berharap dapat memperbaikinya melalui buku barunya. “Buku ini adalah upaya saya untuk menyampaikan penyesalan dan meluruskan apa yang telah saya pahami saat ini,” ungkapnya kepada Religion News Service pada 2024. “Buku ini tidak bisa menghapus kerusakan masa lalu, tetapi saya berdoa agar dapat membantu.”
Keputusan Hays untuk mengubah pendapatnya memicu kontroversi di kalangan Kristen konservatif. Banyak yang menganggapnya sebagai pengkhianatan, bahkan sesat. Namun, Hays merasa damai dengan perubahan tersebut. Dalam wawancara dengan National Public Radio, ia mengatakan bahwa ia ingin kata-kata terakhirnya tentang isu ini tersampaikan dengan jelas.
Hays pertama kali didiagnosis menderita kanker pankreas pada Juli 2015. Pada saat itu, prognosisnya buruk, dan dokter memperkirakan ia mungkin tidak akan melewati Natal tahun itu. Namun, berkat operasi dan kemoterapi, kankernya sempat dinyatakan remisi hingga kambuh kembali pada 2022. Pada musim panas 2023, kanker tersebut telah menyebar ke paru-parunya.
Dalam pembaruan kesehatan terakhirnya, Hays menulis permohonan doa dan berbagi bagaimana imannya membentuk cara pandangnya terhadap kehidupan di masa-masa akhir. “Selama sembilan tahun terakhir ini, Judy dan saya telah terbiasa menghadapi kematian,” tulisnya. “Kami terus percaya bahwa kami berada di tangan Tuhan yang penuh belas kasihan.”
Hays meninggalkan istri, Judy, serta dua anaknya, Christopher dan Sarah. Menurut pembaruan yang diposting di CaringBridge, Hays akan dimakamkan di Oklahoma City. Upacara peringatan juga direncanakan diadakan di Gereja Metodis Bersatu McKendree di Nashville dan di Duke pada waktu mendatang.
Simak Juga : Serangan Israel di Gaza: Korban Jiwa Bertambah, Upaya Gencatan Senjata Dilanjutkan