Habered – Sedikitnya 1,8 juta umat Katolik Filipina yang sebagian besar bertelanjang kaki mengikuti tradisi tahunan untuk menghormati patung Yesus hitam berusia berabad-abad pada hari Kamis. Dalam acara tersebut, banyak peserta berdoa memohon kesehatan bagi keluarga mereka, perdamaian di Laut Cina Selatan, serta perlakuan lebih baik terhadap imigran Filipina dari Presiden AS terpilih Donald Trump.
Prosesi ini merupakan bagian dari perayaan Yesus dari Nazareno, sebuah tradisi Katolik penting di Asia. Sebelumnya, patung ini dikenal dengan nama Black Nazarene. Namun, gereja memutuskan mengganti nama tersebut karena dinilai tidak sesuai sejarah dan berpotensi menimbulkan makna rasial.
Kegiatan prosesi dimulai sebelum fajar dan berlangsung hampir 21 jam, melewati rute sejauh 6 kilometer di Manila. Patung akhirnya tiba di Basilika Kecil dan Kuil Nasional Yesus Nazareno atau yang juga dikenal sebagai Gereja Quiapo pada Jumat dini hari sekitar pukul 01.25. Menurut Brigjen Anthony Aberin, direktur kepolisian wilayah ibu kota, jumlah peserta diperkirakan mencapai 1,8 juta orang pada sore harinya.
Baca Juga : Presiden Biden Berikan Presidential Medal of Freedom kepada Paus Fransiskus
Tahun lalu, prosesi yang sama menarik setidaknya 2 juta peserta dengan durasi sekitar 15 jam. Beberapa pihak bahkan memperkirakan jumlahnya mencapai lebih dari 6 juta orang. Pendeta Robert Arellano, juru bicara Gereja Quiapo, menyebut prosesi tahun ini berlangsung lebih lambat dibandingkan sebelumnya karena peningkatan jumlah peserta dan adanya beberapa orang yang memanjat kereta kaca yang membawa patung tersebut.
Sorak-sorai “Viva, viva” terdengar menggema saat patung itu melintas. Para peserta berebut untuk menyentuh tali yang digunakan untuk menarik kereta dan melambaikan handuk putih sebagai simbol penghormatan. Tradisi ini biasanya menarik perhatian umat Katolik dari kalangan masyarakat miskin, yang datang untuk berdoa demi kesembuhan orang terkasih dan kehidupan yang lebih baik.
Gaspar Espinocilla, seorang pegawai kota Manila berusia 56 tahun, telah menjadi penganut Yesus Nazareno selama dua dekade terakhir. Ia mengatakan bahwa ia berdoa untuk kesembuhan saudara perempuannya yang menderita kanker ovarium. Ia juga berharap agar ketegangan di Laut Filipina Barat, bagian dari Laut Cina Selatan yang diklaim oleh Filipina, dapat segera berakhir. Espinocilla mengkritik tindakan Cina yang mengklaim wilayah tersebut dan berharap mereka lebih bersikap adil kepada Filipina.
Renato Reyes, seorang pemulung yang telah mengikuti tradisi ini selama lebih dari 30 tahun, juga memiliki harapan besar melalui prosesi tersebut. Ia berdoa untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya, keselamatan bangsa dari bencana, serta perdamaian dunia. Selain itu, ia memanjatkan doa khusus bagi warga Filipina yang terdampak rencana deportasi massal imigran ilegal oleh Presiden Donald Trump. Ia berharap pemerintah AS bersikap lebih pengertian terhadap imigran yang mencari nafkah untuk keluarga mereka.
Untuk memastikan kelancaran acara, sekitar 14.000 petugas keamanan dikerahkan, termasuk polisi, tentara, dan relawan. Penutupan jalan di sekitar lokasi prosesi dilakukan, dan sinyal telepon seluler sementara diblokir untuk mencegah gangguan. Sepanjang acara, Palang Merah Filipina mencatat 467 orang menerima pertolongan pertama untuk keluhan ringan seperti pusing, mual, dan kesulitan bernapas. Sebanyak 15 orang lainnya harus dirujuk ke rumah sakit. Hingga Kamis sore, polisi melaporkan 604 kasus cedera ringan.
Patung Yesus yang membawa salib ini pertama kali dibawa ke Filipina dari Meksiko pada tahun 1606 oleh misionaris Spanyol menggunakan kapal galleon. Menurut cerita, kapal tersebut sempat terbakar, tetapi patung tersebut tetap utuh meski hangus terbakar. Namun, sejarawan gereja menjelaskan bahwa warna gelap patung ini sebenarnya berasal dari bahan kayu mesquite yang menghitam seiring berjalannya waktu.
Banyak umat Katolik percaya bahwa ketahanan patung ini terhadap berbagai peristiwa seperti kebakaran, gempa bumi, dan pengeboman selama Perang Dunia II adalah bukti kekuatan ajaibnya. Kepercayaan ini terus menarik jutaan umat untuk mengikuti prosesi setiap tahunnya, memanjatkan doa-doa mereka dengan penuh harapan.
Simak Juga : Petugas Pemadam Kebakaran Berjuang Melawan Amukan Kebakaran di Tengah Angin Santa Ana