Habered – Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi unik untuk menyambut bulan suci Ramadhan, salah satunya adalah tradisi punggahan. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat Jawa sebagai bentuk syukur dan persiapan menyambut datangnya bulan puasa. Punggahan biasanya diadakan sehari atau beberapa hari sebelum Ramadhan, dengan melibatkan berbagai ritual yang penuh makna. Mari kita simak lebih dalam mengenai tradisi punggahan ini.
Punggahan berasal dari kata punggah yang berarti ‘memikul’ atau ‘menyongsong’. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan diri secara spiritual, meminta perlindungan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta memohon agar diberi kekuatan untuk menjalani ibadah puasa dengan baik. Masyarakat yang melaksanakan punggahan juga berdoa agar diberikan keberkahan sepanjang bulan Ramadhan, serta agar dapat menjalankan ibadah puasa dengan lancar tanpa hambatan.
“Simak Juga: Law of Attraction, Konsep dan Kebenarannya”
Secara umum, punggahan diawali dengan kegiatan bersih-bersih lingkungan, baik itu rumah maupun area sekitar. Hal ini mencerminkan upaya untuk membersihkan hati dan pikiran sebelum memasuki bulan Ramadhan. Setelah itu, masyarakat akan mengadakan doa bersama dan diakhiri dengan makan bersama, biasanya menyajikan makanan khas yang menjadi simbol rasa syukur.
Di beberapa tempat, ada juga tradisi untuk mempersiapkan hidangan tertentu, seperti nasi tumpeng, yang disajikan dalam bentuk simbolis dengan doa agar kehidupan lebih berkah dan penuh kedamaian. Selain itu, punggahan juga sering menjadi ajang untuk berkumpul dengan keluarga dan tetangga, berbagi cerita, serta saling memberikan dukungan. Momen ini menjadi kesempatan untuk saling berbagi, mempererat hubungan sosial antarwarga, dan memperkokoh rasa kebersamaan dalam lingkungan yang harmonis.
Selain sebagai bentuk ibadah, punggahan juga memiliki peran penting dalam memperkuat tali silaturahmi antarwarga. Di beberapa desa, acara ini melibatkan gotong-royong dalam menyiapkan segala sesuatu, seperti memasak dan menghias tempat. Kegiatan ini semakin mempererat ikatan kekeluargaan. Meskipun tradisi ini lebih dikenal di kalangan masyarakat Jawa, namun nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa diterapkan di berbagai daerah sebagai cara menyambut bulan suci Ramadhan dengan penuh kebersamaan, saling berbagi, dan meningkatkan rasa empati antarwarga.
“Baca Juga: Pengabdian Masyarakat TBM FK USU Didukung Bupati Langkat”