Habered – Sebelum pelantikan presiden, Uskup Mariann Budde telah menyusun sebagian besar khotbahnya untuk kebaktian doa lintas agama di Washington National Cathedral. Acara ini menutup rangkaian pelantikan presiden. Khotbahnya dirancang untuk menyoroti tiga nilai penting bagi persatuan nasional: menghormati martabat setiap manusia, kejujuran, dan kerendahan hati. Namun, setelah menyaksikan pelantikan Presiden Donald Trump dan beberapa kebijakan yang langsung ditandatangani, ia merasa perlu menambahkan satu nilai lagi: belas kasih.
Dalam khotbahnya pada pagi berikutnya, Uskup Budde menyerukan kepada Presiden Trump dan Wakil Presiden JD Vance untuk menunjukkan belas kasih kepada kelompok yang mungkin terdampak kebijakan pemerintah, termasuk komunitas LGBTQ dan keluarga imigran. Budde menekankan bahwa banyak imigran adalah tetangga yang baik dan bukan kriminal, serta menyerukan empati terhadap anak-anak LGBTQ yang merasa terancam.
Baca Juga : Australia Tingkatkan Penyelidikan Kejahatan Antisemit
Budde bukanlah sosok asing dalam advokasi dan pelayanan publik. Ia memulai perjalanan spiritualnya sebagai seorang Kristen evangelis sebelum menjadi seorang Episkopal. Sebagai uskup Washington, ia sering terlibat dalam protes dan isu sosial, termasuk mengkritik tindakan pengosongan demonstran di Lafayette Square pada 2020 sebelum Trump berfoto di depan Gereja St. John.
Namun, khotbah tersebut memicu berbagai reaksi. Beberapa tokoh konservatif, seperti Franklin Graham, mengkritiknya dan menyebut khotbah itu tidak tepat disampaikan di depan umum. Beberapa anggota parlemen bahkan menyatakan bahwa komentar Budde tidak sejalan dengan nilai-nilai Gereja Episkopal. Trump sendiri mengomentari khotbah tersebut sebagai serangan pribadi terhadapnya.
Di sisi lain, banyak tokoh politik dan keagamaan mendukung Budde. Uskup dari wilayah lain dan anggota parlemen Demokrat memuji pesannya yang menyerukan persatuan, empati, dan belas kasih. Beberapa bahkan mengatakan bahwa khotbah Budde telah menginspirasi mereka untuk kembali memikirkan hubungan mereka dengan gereja.
Budde sendiri tetap tenang di tengah kritik. Ia menekankan bahwa pesannya adalah panggilan iman untuk menghadirkan belas kasih dan keadilan di tengah masyarakat yang semakin terpolarisasi. Baginya, tugasnya adalah tetap berdiri teguh pada nilai-nilai yang ia yakini dan terus bekerja untuk mempromosikan persatuan dan keadilan.
Artikel ini menggarisbawahi peran agama dalam dialog politik dan sosial, menunjukkan bagaimana para pemimpin agama dapat menjadi suara bagi mereka yang rentan, meski harus menghadapi kritik tajam.
Simak Juga : Kehancuran Akibat Kebakaran Los Angeles: Pemandangan dari Udara