Habered – Warga Amerika Palestina merespons dengan hati-hati gencatan senjata yang diumumkan antara Israel dan Hamas setelah konflik yang berlangsung selama 15 bulan. Terry Ahwal, seorang warga Amerika Palestina yang tinggal di Michigan, mengungkapkan rasa lega, namun tetap skeptis terhadap kesepakatan tersebut. Ia menilai setiap penghentian kekerasan adalah hal yang baik, tetapi mengingat pengalaman masa lalu dengan gencatan senjata yang tidak berkelanjutan, ia tetap berhati-hati. Keluarganya yang tinggal di Palestina juga merayakan, meskipun mereka tetap waspada terhadap apa yang akan terjadi setelahnya. “Mereka selalu gelisah, tidak tahu apa yang akan datang,” kata Ahwal, yang juga menjabat sebagai presiden Federasi Amerika Ramallah Palestina.
Berita gencatan senjata ini juga disambut dengan beragam perasaan oleh komunitas Palestina di Amerika. Banyak yang merayakan kesepakatan tersebut sebagai langkah yang sudah lama ditunggu. Namun, rasa marah dan frustrasi tetap mengemuka, mengingat banyaknya korban yang jatuh sebelum kesepakatan tercapai. Konflik ini telah menewaskan lebih dari 46.000 warga Palestina, dengan lebih dari 90% penduduk Gaza mengungsi dan infrastruktur yang hancur. Gencatan senjata yang diumumkan pada 15 Januari 2025 ini diharapkan membawa jeda 42 hari dalam pertempura. Pembebasan sandera Israel, serta pengembalian pengungsi Gaza ke rumah mereka dan distribusi bantuan kemanusiaan.
Bagi Ahwal, gencatan senjata ini dirasakannya sebagai “istirahat sejenak” setelah tahun yang penuh penderitaan. Ia mengungkapkan betapa sulitnya menyaksikan kehancuran Gaza dan merasa tertekan dengan keterlibatan Amerika dalam mendukung militer Israel. “Dulu kami mengatakan bahwa kami terlibat dalam genosida, kini kami merasa menjadi pelaku,” ungkap Ahwal dengan penuh keprihatinan. Ia juga mengkhawatirkan dampak jangka panjang dari perang terhadap Gaza. Hal ini termasuk kerusakan lingkungan dan kesehatan akibat penghancuran infrastruktur dan tanah pertanian.
Baca Juga : Pemimpin Agama di Los Angeles Bersatu Membantu Pemulihan Korban Kebakaran Hutan
Meskipun gencatan senjata ini memberi sedikit harapan, warga Amerika Palestina seperti Imam Anwar Arafat dari Memphis, Tennessee, tetap skeptis. Ia merasa gencatan senjata ini belum bisa dianggap sebagai kemenangan besar. “Ini bukan kemenangan seperti yang terlihat,” kata Arafat. Ia juga mengungkapkan kesedihannya atas banyaknya korban yang terjatuh sebelum kesepakatan tercapai. Mengingat keluarga besarnya yang tinggal di Gaza turut merasakan dampak kehancuran tersebut.
Pendeta Munther Isaac yang tinggal di Betlehem, Tepi Barat, juga menyambut berita ini dengan hati-hati. Ia menyatakan dalam sebuah postingan bahwa meskipun gencatan senjata membawa rasa lega. Ia masih menunggu apakah kesepakatan ini akan terwujud dengan perdamaian jangka panjang. Isaac menekankan bahwa gencatan senjata harus dilihat sebagai langkah awal, bukan tujuan akhir. Serta mengingatkan pentingnya perjuangan untuk mendapatkan keadilan bagi rakyat Palestina.
Sejak perang dimulai pada Oktober 2023, pemerintah AS mendapat kecaman karena mendukung respons militer Israel. Ahwal dan banyak warga Amerika Palestina lainnya merasa kecewa dengan penanganan pemerintah Biden terhadap perang ini dan berjanji untuk tidak memilih Biden dalam pemilihan 2024. Sementara itu, kampanye “Abandon Biden” yang diluncurkan pada November 2023 mulai menggalang dukungan dari pemilih Arab Amerika dan Muslim yang merasa tidak puas dengan kebijakan AS di kawasan tersebut.
Meski banyak yang merasa gencatan senjata sudah terlambat, mereka tetap berharap bahwa itu dapat membuka jalan bagi perdamaian dan pembangunan kembali Gaza. Namun, mereka mengingatkan bahwa banyak pekerjaan masih harus dilakukan, dan hanya waktu yang akan membuktikan apakah kesepakatan ini dapat bertahan lama. Dr. Hassan Abdel Salam, salah satu pendiri Koalisi Abandon Biden, menyatakan bahwa meskipun ia menyambut baik berita ini, ia tetap menunggu langkah nyata dari pemerintahan berikutnya untuk memastikan perdamaian yang langgeng dan pembangunan kembali Gaza.
Di sisi lain, organisasi seperti Jaringan Komunitas Palestina AS (USCPN) merayakan gencatan senjata ini sebagai kemenangan penting. Mereka menekankan bahwa Israel harus mematuhi persyaratan tertentu dalam kesepakatan, termasuk penarikan pasukan dari wilayah yang diduduki. Organisasi ini juga memuji kesadaran yang semakin berkembang mengenai konflik Israel-Palestina di seluruh dunia, serta dukungan yang semakin kuat dari gerakan pro-Palestina internasional.
Pernyataan dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) juga mencatat peran Presiden Trump dalam mendorong kesepakatan ini, meskipun mereka mengkritik pemerintahan Biden atas keterlambatannya. Mereka berharap bahwa pemerintahan selanjutnya akan fokus pada perdamaian yang abadi dan bertanggung jawab atas kejahatan perang yang dilakukan di Gaza.
Simak Juga : Perayaan Kemenangan dan Persiapan Pelantikan Trump di Washington DC